Friday, 10 April 2015

NABI MUHAMMAD MASUK KE DALAM GUA AGAR PANCA INDERAWINYA TERTUTUP DARI HAWA NAFSU

Sebelum Nabi Muhammad saw. diutus menjadi Rasul, dunia dalam galap gulita, semua negara dan kerajaan di zaman itu berbuat sewenang wenang kepada rakyatnya, tidak ada peraturan dan undang undang, melainkan rakyat harus takluk dibawah kekuasaan Sang Penguasa, seperti negeri Romawi, Persia dan lain lain.

Terlebih lagi ditanah Arab, Nabi Muhammad saw. melihat sendiri keadaan masyarakatnya dan kaumnya berada dibawah kekuasaan nafsu setan yang merupakan penyakit ruhaniyah yang sudah sekarat. Mereka tidak mengenal Tuhan, tidak mengenal keadilan, kemanusiaan, kepribadian, kebangsaan, persatuan dan persaudaraan. Bagi mereka, yang disebut Tuhan ialah siapa yang paling berani, patung patung dan berhala. Yang dinamakan kemanusiaan siapa yang merampok, merampas, berjudi dan minum minuman keras sebanyak mungkin, yang dinamakan keadilan siapa yang lebih kuat menindas yang lemah, yang dinamai kebangsaan siapa yang paling berani memeras dan memperbudak rakyat. Menyembelih dan membunuh dianggap pahlawan, bahkan membunuh anak perempuannya yang baru lahir dianggapnya perbuatan terhormat. Masyarakat terpecah belah menjadi beberapa kabilah atau puluhan partai yang antara satu dengan lainnya selalu bersengketa, saling bertengkar dan bermusuhan, berebut kekuasaan untuk keunggulan dan kekuasaan tanah Makkah, sehingga senantiasa terjadi pembunuhan dan perang saudara, untuk kepentingan partai dan golongannya sendiri. Kekacauan, keonaran dan sarangnya kemusyrikan tertanam berakar di dalam hawa nafsu mereka. Demikianlah keadaan di tanah Makkah sebelum Nabi Muhammad saw diutus.

Dalam masa yang sangat kritis itu maka Muhammad (sebelum menjadi Rasul) selaku manusia yang mempunyai budhi yang luhur yang setiap saat memusatkan pikirannya, juga ruhaninya untuk mencari jalan keluar ingin melepas rakyat dari segala tindakan yang membelenggu mereka, ingin membasmi perbudakan, keganasan pengacau dan teror, menyapu bersih pemeras pemeras negara dan rakyat, memberangus kutu kutu dan ulat ulat yang selalu mengorek kemajuan negara, melenyapkan kemewahan dan kesombongan pembesar pembesar dan kepala kepala kabilah yang mempertahankan kabilah atau partai golongan maupun aliran.

Untuk mensukseskan cita cita yang luhur dan maha berat itu, maka beliau mengambil keputusan yang amat berani untuk menjauhkan pribadinya dari segala macam pergaulan yang berada dalam kekuasaan nafsu hewaniyah.
Beliau meninggalkan istrinya Siti Khadijah pergi ke Gua Hira dilereng bukit Tsur (sekarang Jabal Nur, karena disitulah Nabi menerima Nurullah (Wahyu Allah).

Di dalam Gua yang jauh dari tempat kaumnya, ditempat yang sunyi hening dan gelap gulita itu beliau menyendiri, tujuannya hanya satu ialah membuat konsepsi untuk melepaskan kaumnya dan umat yang sedang dihinggapi penyakit ruhani yang tak mungkin dapat disembuhkan dengan pengobatan yang dihasilkan otak (ratio) melainkan harus disembuhkan dengan pengobatan ruhaniyah yang suci murni. Maka daya daya pikiran dan ruhani beliau di panjatkan ke alam yang tak terbatas sampai ke puncak semua alam, sehingga segenap alat PANCA INDERA beliau Tertutup sama sekali dari segala macam pengaruh disekitarnya dan dari segala macam tuntutan materiil.

Perbuatan yang demikian inilah yang dinamakan: “mencipta” (mental licham) dan creativ Iicham yang dinamakan juga ruh rabbani.” Setiap daya ciptanya makin ditingkatkan sehingga elektron di dalam pikirannya kembali menjadi aether lalu dilepaskan tenaganya yang mulanya menjadi penggerak elektron yang dalam keadaan berputar putar, maka tenaga yang dilepaskan tadi menjelma menjadi “Sinar Bathin”, yaitu sinar abstrak yang mempunyai gelombang amat pendek.
Karena beliau memang mempunyai budhi luhur, maka tentu tidak begitu sulit bagi beliau untuk mencapai tingkat kesadaran jagat raya cosmisch bewustzyn, ialah kesadaran yang dapat menghimpun segenap perasaannya untuk menyatu dengan NURULLAH (Unio Mystica). Orang yang begini berarti telah berhasil menundukkan nafsunya (instinct handeling), nafsu murka (driften) nafsu mementingkan diri sendirl, nafsu loba tamak atau dengan kata lain kepribadian yang diselubungi oleh nafsu.

Nabi bersabda: “Orang yang gagah berani bukanlah orang yang dapat menyerbu musuhnya dengan tangkas dalam pertempuran, akan tetapi orang yang gagah berani itu sebenarnya yang kuasa dan mampu menahan nafsunya. “
Dengan terselubungi oleh nafsu suci, sehingga daya daya ruhaniyah dapat memberikan komando kepada segenap alat jasmaninya. Karena pada hakikatnya yang dinamakan manusia ialah “ruhaniyah”nya, sedangkan tubuh jasmani hanyalah sebagai alat semata.

Demikianlah usaha beliau sebagai manusia biasa sebelum menjadi Rasul di gua Hira.
Setelah mencapai waktu 40 malam beliau bertafakkur, hingga tanpa beliau sadari tiba tiba datanglah Malaikat Jibril dalam rupa manusia menemui beliau selaku zat pembawa sinar (wahyu) Allah SWT. Peristiwa itu terjadi pada malam tanggal 17 bulan Ramadan, yakni malam ditetapkannya beliau menjadi Rasulullah untuk memproklamirkan Islam sebagai agama bagi seluruh umat manusia.

No comments:

Post a Comment