Sunday, 12 April 2015

BER-KHALWAT MASUK KE DALAM DIRI MENCARI KEBAHAGIAAN DIRI

Di zaman sekarang, bukan zaman setengah abad yang silam, pendapat tentang kebaikan dan kejahatan berubah-ubah dengan cepat, usaha kearah perkembangan akhlak dan yang tidak baik berbeda-beda; begitu juga cara pendekatan dan pandangan umum tentang manusia serta benda juga amat berbeda-beda.

Kita hidup di zaman serba tergesa-gesa dan menuntut kecepatan. Dimana-mana ada ketegangan. Jika anda berdiri di ujung jalan dan memandang pada muka mereka yang sedang lewat maka terlihat bahwa mereka semua dihinggapi demam ketergesaan. Sebagian besar mereka sedang gelisah. Mereka mengantungi ketegangan. Hampir semuanya menggambarkan ketergesaan di wajah mereka. Seperti itulah kehidupan dunia modern.

Dunia sekarang ditandai dengan kesibukan dan ketergesaan yang menghasilkan keputusan cepat dan kelakuan yang tak bijak. Mereka berteriak di saat mereka dapat bicara secara biasa dan yang lain bicara disertai ketegangan dan tekanan yang berlebihan untuk waktu yang lama dan mengakhiri segala ucapannya dengan kelelahan yang menghabiskan tenaga. Semua ketegangan merupakan tekanan dalam pandangan kejiwaan, dan ketegangan mempercepat ausnya proses jasmani. Tak jarang tampak seorang pengendara sepeda dengan cepat melarikan sepedanya begitu melihat lampu persimpangan berwarna hijau. Orang yang gelisah memandang suatu persoalan bahkan yang kecil seperti suatu krisis sebagai suatu ancaman. Sebagai akibatnya ia tidak bahagia dan tidak tenang.

Segi lain dari kehidupan modern ini adalah terlalu bising. “Musik mengandung kelembutan”, kata mereka, namun dewasa ini bahkan musik yang lembut tak lagi disenangi karena kurang bising; bertambah bising dan nyaring musiknya maka bertambah disukai. Bagi orang yang hidup di kota besar takkan punya waktu untuk menilai kebisingan karena sudah terbiasa. Suara, tekanan yang ditimbulkan, banyak membuat kerugian berupa penyakit jantung, kanker, bisul, gangguan syaraf, dan sulit tidur. Sebagian besar penyakit kita disebabkan oleh keadaan batin, ketegangan yang dibawa serta kehidupan modern, kegelisahan ekonomi dan ketidaktenangan batin.

Kelesuan syaraf pada manusia semakin meningkat dengan cara hidup yang selalu tegang. Acapkali orang pulang dari pekerjaan dengan menunjukkan tanda kehabisan tenaga karena gelisah. Konsekuensinya adalah daya konsentrasi semakin menurun dan efektivitas kerja jasmaniah dan batin merosot. Orang cepat marah dan suka mencari kesalahan orang lain. Ia menjadi pemurung dan egois serta menderita tekanan darah tinggi dan susah tidur. Gejala kelesuan menunjukkan bahwa orang modern memerlukan istirahat yang cukup secara batin maupun jasmani.

Perlu diperhatikan bahwa menjauhkan diri secara tertentu, yakni penarikan batin dan pikiran dari keruwetan hidup amat perlu bagi kesehatan batin. Di manapun dan kapanpun ada kesempatan, pergilah keluar kota dan libatkan dirimu untuk menyendiri dan merenung, katakanlah sebagai khalwat, yaitu konsentrasi atau bertafakur. Belajarlah merasakan keheningan yang amat berguna dan membawa kebaikan bagi kita. Salah sama sekali untuk berpendapat bahwa hanya yang suka keributan dan kesibukan yang mempunyai kemampuan. Diam itu emas, dan kita baru berbicara jika mampu meningkatkan keadaan diam. Memperhatikan keheningan amatlah penting.Daya kreatif dan agung bekerja dalam hening. Dan kita lakukan keheningan ini dalam latihan penyendirian kita.

NILAI DARI MENYENDIRI

Manusia terbiasa dengan keributan dan berbicara dan mereka merasa kesepian jika tidak berbicara dan dikucilkan. Namun jika kita melatih diri dalam seni berdiam diri, maka pasti kita akan menyenanginya. 

Pisahkanlah dan jauhkanlah dirimu dari kebisingan dan ketergesaan dan ingatlah bahwa ada kedamaian dalam kesunyian. Sekali waktu kita harus menjauhi kesibukan agar mendapatkan keheningan. Ini merupakan suatu keadaan damai dan tenang di saat menyendiri, kita akan mengalami hakekat yang berguna dari ‘mengheningkan cipta’. Kita melakukan perjalanan ke dalam diri kita. Jika kita memasuki keadaan diam maka kita samasekali sendirian untuk mampu memeriksa diri kita sendiri dan mampu melihat diri sendiri sebagaimana adanya, kemudian kita mampu mengatasi kelemahan diri dan keterbatasan kemampuan diri dalam pengalaman yang sederhana.

Waktu yang dipakai untuk menyendiri sesungguhnya bukan suatu pemborosan, malahan membentuk pribadi kuat. Yang ini merupakan suatu simpanan yang berharga kelak bagi pekerjaan kita sehari-hari dan kemajuannya, jika kita setiap hari mampu menyediakan waktu untuk menyendiri dan melakukan perenungan di keheningan. Sesungguhnya hal ini sama sekali bukan pelarian atau hidup berkhayal, namun cara terbaik untuk menguatkan pikiran dan menumbuhkan sifat-sifat baik pada pikiran/batin. Dengan menyelami pikiran sendiri serta perasaan yang timbul maka orang dapat mengetahui arti dan guna sesuatu dengan sebenarnya dan menemukan kekuatan yang terletak dalam diri.

Manusia modern mencari kebahagiaan di luar dirinya yang seharusnya dicari di dalam dirinya sendiri. Ia menjadi Ekstrovert. Kebahagiaan tidak terletak di luar dirinya. Peradaban modern bukan merupakan suatu berkah yang tidak campur aduk. Nampaknya manusia membawa dunia luar ke dalam kekuasaannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi seakan menjanjikan kesanggupannya membuat dunia menjadi suatu surga. Kini di mana-mana orang sibuk tanpa henti berusaha di dalam memperbaiki dunia. Para ahli mengejar metode dan hasil percobaannya tanpa rasa jemu dan penuh keyakinan. Usaha dan perjuangan manusia untuk dapat mengungkap rahasia alam berlangsung terus. Penemuan baru dan metode komunikasi serta hubungan memberikan hasil yang mempesona. Semua perbaikan ini walaupun bermanfaat dan bersifat khusus di bidang materi dan untuk luar batin manusia. Sekalipun begitu, manusia tidak mampu mengendalikan pikirannya sendiri, ia tidak menjadi lebih baik dari ilmunya. Bagaimanapun di dalam gerak batin dan jasmani manusia nyatanya terdapat keanehan yang tidak mampu diungkapkan sekalipun para ahli ilmu pengetahuan telah menyibukkan dirinya selama bertahun-tahun.
Orang selalu mencari jalan keluar bagi berbagai persoalannya, namun selalu gagal, sebab metode dan pendekatannya keliru. Mereka mengira bahwa seluruh persoalan bisa diatasi dari segi luar. Sebagian besar problema sebenarnya berada di dalam. Ia timbul dari dunia di dalam, oleh sebab itu pemecahannya harus dicari ke dalam juga.

Kita dengar bahwa orang yang memperhatikan pencemaran lingkungan telah memperdengarkan keberatannya terhadap pencemaran udara, laut dan darat. Namun bagaimana dengan pencemaran batin kita? 
Padahal ‘Sejak lama batin manusia dikotori oleh keserakahan, kebencian dan kebodohan batin. Kekotoran batin membuat manusia tidak suci, pembersihan batin membuat mereka suci’.  proses yang terus menerus dari pembersihan atas perbuatan, perkataan dan pikiran. Ini berupa usaha mengembangkan pemurnian diri sendiri di dalam menyucikan penyadaran diri. Penekanan ada pada hasil-hasil praktis dan bukan pada spekulasi kejiwaan atau analisa logika yang tidak nyata, oleh karena itulah menjadi kebutuhan sehari-hari untuk berlatih Menyendiri Memasuki diri sebentar yang bagaikan seekor induk ayam yang sedang mengerami telornya, sebab hampir seluruh waktu kita hanya dihabiskan bagai seekor tupai dalam kandang yang berputar terus.

Renungkanlah Nasehat ini;

Anakku, jika kamu mengambil sebutir biji kacang hijau, atau buah apapun, dan meninggalkan nya mengering, untuk ratusan tahun itu akan tetap kering. Namun kalau kamu ambil biji itu, dan menaruh (menanam) nya di dalam Tanah yang subur, kemudian kamu kembali lagi sebulan kemudian, kamu akan mendapati bahwa sebatang kecambah hijau telah muncul.

Kalau kamu menggali dan mencoba untuk mencari biji itu, kamu tidak akan mendapati nya lagi. Itu telah hilang, digantikan oleh sesuatu yang lain.

Jika kamu tetap menyirami tanaman itu, itu akan menjadi sebatang pohon dan pohon itu akan menghasilkan buah. Tetapi di mana yang semula biji tadi? Itu telah hilang. Tidak lagi terdapat biji awal itu. Biji itu kini telah menjadi pohon yang besar, dengan buah bermunculan, memberi manusia buah untuk dimakan.

Begitu juga, jika kamu mengambil sebutir telur dan menaruhnya di bawah se-ekor ayam betina, setelah tepatnya dua puluh satu hari telur itu menghilang dan datanglah seekor anak ayam. Suatu ciptaan baru menjadi muncul. Jika kamu mencari di bawah ayam betina tadi kamu tidak akan mendapat telur itu di sana. Telur itu telah lenyap. Itu adalah dua puluh satu hari dibawah ayam betina yang merubah nya menjadi suatu generasi baru.
Sesuatu yang mirip terjadi kepada manusia, ketika mereka berada di dalam rahim ibunya sekitar sembilan bulan sepuluh hari. Di dalam rahim mereka tanpa hubungan dengan apapun di luar dunia ini, mereka sendirian. Namun setelah sembilan bulan sepuluh hari kesepian mereka muncul sebagai sebuah generasi baru, sebuah ciptaan baru.

Anakku, di dalam setiap sesuatu dari contoh ini terdapat sesuatu yang menjalani khalwat. Biji itu memutuskan hubungan dengan dunia di atas tanah dan berkhalwat selama beberapa minggu. Kemudian sebuah pohon muncul.

Telur itu berkhalwat di bawah induknya, tanpa hubungan dengan kehidupan materi di luar kulit telur, dan muncul sebagai sebuah generasi baru.
Sperma berkhalwat di dalam indung telur di dalam rahim ibunya selama sembilan bulan, tanpa hubungan dengan dunia luar dari kehidupan materi ini, namun setelah berkhalwat, dia muncul sebagai sebuah generasi baru.

Anakku, jika kamu tidak berkhalwat Masuk ke Dalam dirimu dan memutuskan hubungan sementara dengan dunia ini, maka janganlah berkata kepada dirimu, sebagaimana biji berkata kepada dirinya :”Saya akan memutuskan hubungan dari kehidupan materi dunia ini dan menghilang dari nya demi cinta kepada Allah dan demi manfa’at kepada manusia lainnya.”

Untuk biji, dia menghasilkan buah. Jika kamu tidak mencoba (merasakan) khalwat seperti itu, jika kamu tidak memutuskan dirimu dengan kehidupan materi ini, mengabaikan ego mu, dan menghilang masuk ke dalam dalam diri menuju ketiadaan dan hanya ada di dalam (karena) Allah, tak akan kamu pernah menemukan keberadaan (hakikat) mu yang mutlak, dirimu yang sejati. Maka kamu tidak akan pernah menjadi seperti pohon itu yang memberikan buah untuk dimakan manusia.
Jika kamu tidak mau seperti telur itu dan memotong dirimu dari materi, menyepi ke dalam tabung khalwat dan hanya ada di Hadhirat Tuhanmu, bermeditasi, berfokus pada Nya, mengabdi kepada Nya dalam qalbumu, mempertahankan Hadhirat Nya selalu dalam qalbumu, kamu tak akan mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan yang kamu cari.

Mengapa kamu harus menirukan benih yang masuk khalwat selama sembilan bulan? Bungkus embrio terdiri atas tiga lapis. Ini disebutkan 1,400 tahun lalu di dalam al Qur’an dalam Surat az-Zumar (39:6) pada masa ketika belum ada mikroskop. Nabi s.a.w. juga berkata, “Rahim seorang ibu terdiri atas (berlapis) kegelapan.”

Kamu harus masuk ke dalam diri, masuk dalam kesendirian ini, mencerabut keterikatanmu dengan segala sesuatu di dunia luar ini, memotong dirimu dari berlapis lapis materi dari dunia ini., untuk menyendiri dengan Tuhanmu, dan dengan demikian menyambung hubungan dengan hakekat mutlak dirimu, dengan menyetel citra yang kamu pakai disini kepada Fitrah aslinya di Hadhirat Ilahiah. Tak akan kamu mengerti kepuasan, tak perduli berapa banyak buku yang kamu baca, karena apabila kamu membaca, kamu hanya mendengar buku itu. Pengetahuan yang terkadung hanyalah pengetahuan gossip, bukan yang Haqq (sesungguhnya).
Namun dalam khalwat di dalam diri, kamu bukan hanya mendengar, kamu merasa. Kamu bukan hanya melihat, tetapi kamu mencium. Itulah saat mata hati terbuka. Anakku, jika kamu tidak memasuki khalwat di dalam diri, qalbumu tidak akan pernah merasa kepuasan yang kamu dambakan selama ini.

1 comment: