Friday, 10 April 2015

MENAHAN PINTU MASUKNYA HAWA NAFSU

Kalau pintu pintu pancaindera dapat tertutup semuanya, maka bio elektronik bion bion yang berada di dalam otak tidak lagi mempunyai tuntutan materialistis, yakni tanpa memperhatikan peristiwa di sekitarnya. Di waktu itu tidak lagi menerima tambahan daya daya penginderaan sehingga dengan sendirinya bio elektronik tadi sudah lepas hubungannya dengan penginderaan yang berarti hubungan pribadinya dengan dunia luar telah terputus.

Dalam keadaan demikian bio-elektronik yang berada di dalam otak menjadi otonom, walaupun pada hakikatnya elektron itu mempunyai sifat selalu bergerak bergetar dan berputar putar tanpa berhenti untuk menambah tenaganya. Akan tetapi pada saat itu elektron otomatis harus berhenti sehingga bio-elektronik (bion) menjadi lenyap dan kembali menjadi aether bagaikan air yang pada mulanya bergelombang-gelombang lalu diam dan tenang, bio-elektronik yang sudah berhenti berputar di dalam otak, kemudian pikiran yang materialistis menjadi pikiran yang abstracherend (anima abstractiva). Adalah pikiran pikiran yang halus yang dinamakan “ruh pikir” atau “corpus mentallis”,
Dari situasi pikiran yang demikian inilah yang dapat dipanjatkan ke dalam abstrak. Dari alam abstrak, pikiran akan menerima sinar yang menjelmakan pikiran yang bersifat apa yang disebut “sinar batin” (inwending licht), yakni sinar pikiran yang suci bersih yang dinamakan “budhi”. Sinar pikiran yang suci dapat melakukan peristiwa saling menggetar dengan alam Tuhan, dan tak mungkin daya daya iblis dari setan dapat mendekatinya. Sebagaimana juga elektron di dalam susunan atom kalau ditambah muatannya maka ia bertambah cepat gerakannya dan bertambah tinggi nilai angka getarannya, sehingga dapat saling menggetarkan dengan elektron yang sama angka getarannya.

Demikian juga orang yang menahan hawa nafsunya, yang dengan dipanjatkan ke alam Tuhan akan mempunyai keinginan keras untuk hidup suci dan ikhlas, ia akan memiliki ilmu pengetahuan yang dituntut oleh Tuhan yang sulit dimengerti oleh akal (ratio), wajahnya selalu tenang dan gembira. Keadaan yang demikian dinarnai “Transfigurasi”.
Dengan ringkas dapat diuraikan sebagai berikut: Setelah daya daya pikiran masuk ke dalam badan budhi, lalu berlangsung process of relay tadi, maka daya daya pikiran menjadi terikat dengan daya badan.

Daya daya ini menjelmakan pikiran yang mengandung budhi yaitu pikiran yang sudah terikat oleh dasar ke Tuhanan. Disaat itulah pikiran yang sudah terikat oleh dasar ke Tuhanan tadi mempunyai kemampuan untuk menangkap Sinar Tuhan (Nurullah). Jadi budhi merupakan alas penerima dari gelombang sinar yang memancar dari alam Tuhan. Sedangkan alam Tuhan sebagai sender atau gelombangnya. Oleh karena budhi mempunyai antena yang tinggi, sehingga karenanya bion bion yang menyusun budhi dapat melakukan kegiatan saling menggetar dengan alam gaib, maka ia dapat menangkap dengan jelas suara suara atau peristiwa gaib. Yang dipancarkan oleh alam abstrak yakni dalam alam yang mempunyai empat atau lima ukuran dan seterusnya, malah sampai puncaknya segala keadaan (het centrale beginsel), yaitu alam makrifat maupun hakikat. Disaat inilah “ruhani” sedang mengembara menuju hakikat yang metafisis immaterial.


Dalam melakukan kontemplasinya disebut pula tengah berma’rifat kepada Allah SWT. Di saat berma’rifat ini, bio-elektron tidak lagi berputar putar, sehingga urat syaraf sejenak tiada lagi memancarkan impuls listrik hidup yang datang melalui pancaindera.

Akibat dari proses yang demikian ini mata tidak lagi merasa melihat, telinga tidak mendengar, kulit tidak merasakan panas atau dingin, sehingga ia tidak mengetahui peristiwa yang terjadi di seputarnya. Seolah olah dia sedang tidur, ruhani sedang mengembara menuju hakikat yang metafisis immaterial. Menjelajah, berawal dari elemen padat yang imanen menuju titik tumpu yang transenden tiada bertepi.
Dalam suasana yang hening ini, badan kasar dan badan halusnya menjadi tenang dan tentram menuju ke alam Tuhan.
Firman Allah Azza wa Jalla dalam Al Qur’an:
“Hai nafsu yang tentram, hendaklah engkau kembali kehadirat Tuhanmu dengan ikhlas dan diridhai, dan hendaklah engkau masuk golongan hambaKu yang saleh kemudian masuklah ke dalam surgaku, “

No comments:

Post a Comment