Sunday, 26 April 2015

MA'RIFATULLAH MAQAM TAUHID AF'AL (PERBUATAN) Bagian 3

Arifbillah syekh Abdul Wahab Sya'roni q.s berkata; bahwa Syekh Muhyidin Al Akbar Ibnu Arabi rohimahullah mengatakan dalam bukunya Futuhatul Makiyah bab ke 422 yaitu;

Sesungguhnya segala perbuatan itu dari Allah ta'ala dan makhluk adalah sebagai sandaran perbuatan-Nya. Hal ini karena keadaan kita sebagai hamba tempat menanggung siksa dan pahala.

Arifbillah maulana Syekh Mahyudin Al Akbar Ibnu Arabi rohimahullah juga berkata;
Tentang masalah tanggung jawab terhadap setiap perbuatan yang dilakukan oleh makhluk, itu adalah tanggung jawab makhluk itu sendiri bukan Robb (Tuhan). Walaupun pada hakikatnya Tuhan adalah pelaku sebenarnya, tetapi karena makhluk sebagai hamba tempat untuk patuh pada Robb yang menyuruhnya. Maka Robb tidak ditanya tetang apa yang diperbuat-Nya.

Dall yang menyatakan bahwa hamba yang bertanggung jawab pada segala perbuatan, bukan Robb yaitu firman-Nya;
Qs. Ambiya'21:23; Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya tetapi merekalah yang ditanya.
Dan karena itulah Allah ta'ala juga berfirman;
Qs.91:15; Dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan (perbuatan)-Nya.
Dan perhatikanlah firman Allah ini;
Qs.3:129; Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki, dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah maha pengampun, maha penyayang.
Qs.48:14; Dan hanya milik Allah kerajaan langit dan bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki, dan akan Mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah maha pengampun, maha penyayang.
Qs.3:26; Katakanlah, Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Ditangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau maha kuasa atas segala sesuatu.
Qs.5:118; Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah yang maha perkasa, maha bijaksana.
Qs.6:17-18; Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia maha kuasa atas segala sesuatu. Dan Dialah yang berkuasa atas hamba-hamba Nya. Dan Dia maha bijaksana, maha mengetahui.
Qs.6:39; Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah tuli, bisu dan berada dalam gelap. Barang siapa dikehendaki Allah (dalam kesesatan), niscaya disesatkan-Nya. Dan barang siapa dikehendaki Allah (di jalan lurus), niscaya Dia menjadikannya berada diatas jalan yang lurus.
Qs.16:93; Dan jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat, tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Tetapi kamu pasti yang akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.
Qs.19:93; Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, melainkan akan datang kepada Yang Maha Pengasih sebagai Hamba.

Jadi walaupun pada hakikatnya Allah yang menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki tetap saja kita sebagai hamba yang ditanya tentang apa yang telah dikerjakan jadi bukan Tuhan yang ditanya.
Qs.16:93; Dan jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat, tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.

TETAPI KAMU PASTI AKAN DITANYA TENTANG APA YANG TELAH KAMU KERJAKAN.

Wahai para salik, karena manusia selalu mempunyai rasa ingin tahu dan ingin bertanya bahwa kenapa Allah menciptakan orang yang berbuat jahat dan membuat kerusakan serta menumpahkan darah di muka bumi?
Maka ketahuilah para malaikat pun pernah juga bertanya kepada Allah tentang hal ini, dan Allah menjawab; bahwa sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

Hal ini sebagaimana firman Allah;
Qs.2:30; Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat; Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah di muka bumi. Mereka (para malaikat) berkata; MENGAPA ENGKAU HENDAK MENJADIKAN DI BUMI ITU ORANG YANG AKAN MEMBUAT KERUSAKAN PADANYA DAN MENUMPAHKAN DARAH, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau? Tuhan berfirman; SESUNGGUHNYA AKU MENGETAHUI APA YANG TIDAK KAMU KETAHUI.
Wahai para salik, kita tidak mengetahui apa yang Allah ketahui, tapi yang pasti Allah tidak menjadikan sesuatu dengan sia-sia tanpa ada manfaatnya.
Qs.3:191;....Tidaklah Engkau menjadikan semua ini dengan sia-sia, maha suci Engkau.

Dan perhatikanlah hadits nabi Muhammad saw:
Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, seandainya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menghilangkan kalian dari muka bumi dan akan mendatangkan kaum lain yang berbuat dosa yang ber istighafar memohon ampun pada Allah dan Allah mengampuni mereka. (HR. Muslim).
Jadi seandainya jika tidak ada orang yang berbuat dosa dan memohon ampun kepada Allah maka Allah akan mengampuni siapa?

Makhluk Tuhan di dunia ini merupakan perwujudan kasih sayang-Nya, dan bukan kemarahan-Nya. Karenanya dunia tidak dilumuri dosa sebelumnya. Di dalam neraka-Nya, kenikmatan juga akan dirasakan oleh makhluk-Nya. Syekh Al Akbar Ibnu Arabi menerangkan bahwa kata Azab (siksa) berasal dari kata Adzb (lezat), artinya bahwa dari siksa akan lahir kenikmatan. Ikan memang harus di air, sedang salamander harus berada dalam api, keduanya tidak mungkin bertukar tempat. Mereka bagaikan penderita penyakit kudis yang dikupas bagian terluar lukanya, di dalamnya masih akan ditemukan kenikmatan, dan mereka bagaikan seorang sakit yang memang harus minum obat pahit, untuk menghilangkan rasa sakit.

Renungkanlah karena masalah ini indah sekali.
Berkaitan dengan Tauhidul Af'al, Arifbillah maulana Quthubul syekh muhyidin Al Akbar Ibnu Arabi rohimahullah, menjelaskan tentang firman Allah ta'ala;
Qs.55:29; Allah setiap saat dalam kesibukan.

Hal ini berarti bahwa setiap saat alam semesta dan diri kita ini selalu mengalami perubahan, karena Allah setiap saat terus menerus sibuk dalam menciptakan sampai saat ini pun. Akan tetapi kebanyakan manusia ragu terhadap ciptaan baru (Qs.50:15).

Pada saat kita terhijab (belum mengetahui bahwa segala perbuatan itu dari Allah), kita menyangka bahwa setiap perbuatan itu dari kita dan untuk kita sendiri. Maka itu berarti, Allah memberi suatu cobaan dengan menyandarkan perbuatan itu kepada kita, sehingga kita menyangka bahwa kita yang berbuat. Dan apabila kita telah masuk kehadirat ihsan (beribadah seakan-akan melihat Allah) dan terbuka dinding hijab antara kita dengan Allah, niscaya kita lihat bahwa segala perbuatan itu sebenarnya terbit bersumber dari Allah ta'ala sendiri dan kita sebenarnya tidak melakukan suatu perbuatan pun.

Hal ini seperti sabda nabi Muhammad saw;
laa haula walaa quwwata illa billahil aliyyil azhiim / Tidak ada daya upaya (usaha) dan kekuatan untuk berbuat kecuali dengan Allah yang maha tinggi, maha agung.

Kemudian apabila kita sampai kepada Musyahadah ini, maka takwa lah kita dengan tetap istiqomah dalam pegangan (pendirian) syara' yaitu Adab (akhlak) kita kepada Allah. Maka untuk itu kita harus mengamalkan firman Allah ta'ala ini;
Qs. annisa':78; Apa saja yang menimpa engkau dari yang baik adalah dari Allah, dan apa saja yang menimpa engkau dari kejelekan, maka hal itu dari dirimu sendiri.

Ketika memberikan pelajaran di masjidil Haram, Arifbillah Al Allamah maulana syekh Yusuf Abu zarroh Al Mishri q.s. Berkata; Tidak seharusnya mengatakan bahwa kejahatan itu dari Allah ta'ala kecuali pada saat belajar-mengajar (membahas) dalam jurusan ilmu ini.

Syekh Ibnu Hajar rohimahullah dalam syarah Arba'in menjelaskan perkataan nabi yang tercantum pada sebagian do'a iftitah yang berbunyi ; Was syarri laisa ilaik / Dan kejelekan (kejahatan) bukan untuk Mu. (HR. muslim, Abu Awarah, Abu Daud, An nasa'i, Ibnu Hibban, Ahmad, Asy Syafi'i, dan Tabbarani dari Ali bin Abi Tholib K.W). Hal ini adalah untuk mengajari (mendidik) kita tentang Adab (Akhlak) kepada Allah ta'ala, karena tidak seharusnya kita berkata dalam arti untuk menghina Allah ta'ala. Seperti perkataan; Allah yang menjadikan Anjing dan babi, serta Allah yang menjadikan syetan dan maksiat. Meskipun sebenarnya di akui bahwa Anjing, babi, syetan dan maksiat itu dijadikan Allah. 

Dan juga perlu diketahui bahwa Allah ta'ala tidak menjadikan sesuatu pun tanpa ada manfaatnya.
Jadi, tetaplah Musyahadah pada maqom Tauhidul Af'al ini, niscaya akan sampai pada keridhoan-Nya. Memang diakui bahwa maqom ini bagi orang-orang yang Arifin adalah tingkatan yang terbawah dari salah satu tingkatan dalam Tauhid.

No comments:

Post a Comment