Friday, 10 April 2015

Wihdatun Nuur (Dari Ke-Gelap-an menuju Cahaya)

Dalam Alquran ada 2 istilah yang berkaitan dengan CAHAYA yaitu Nur dan Dhiya'. Dhiya adalah sumber Cahaya, benda yang ber-Dhiya' maka pasti ber-Nur, sedangkan benda yang ber-Nur belum tentu sebagai Dhiya'.
Perhatikanlah firman Allah Qs.10:5; Dia lah yang menjadikan matahari ber-SINAR (Dhiya') dan bulan ber-CAHAYA (Nur) dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu. Supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan haq. Dia menjelaskan tanda-tanda kepada orang-orang yang mengetahui.

Matahari sebagai sumber Cahaya disebut dengan istilah Dhiya' sedangkan Bulan sebagai Pemantul Cahaya Matahari disebut sebagai Nur. Namun tetap saja, Dhiya' dan Nur atau matahari dan bulan, keduanya adalah ber-CAHAYA. Perbedaannya hanyalah yang satu sebagai SUMBER CAHAYA, dan yang kedua sebagai PEMANTUL CAHAYA.
Sebagaimana firman Allah pada Qs.17:37, disana di ibaratkan bahwa Allah sebagai Dhiya', Sumber Cahaya langit dan bumi. Dengan demikian wajar Rosulullah sering di ibaratkan sebagai Bulan, yang memantulkan Cahaya dari Allah swt itulah Nur Muhammad.

Dan sesungguhnya, kewajiban kita di muka bumi ini adalah kembali kepada CAHAYA ALLAH (Nurullah), bukan kembali bersatu kepada Wujud Allah. Jadi bukan wihdatul wujud, tetapi Wihdatun Nuur. Sebagaimana yang sering diperintahkan kepada kita di alquran; "..Minazzulumati ilannuur..." yang artinya; Dari ke-Gelap-an menuju CAHAYA. Dan di alquran tidak ditemukan Minazzulumati ilad Dhiya', yang artinya; Dari ke-gelap-an kepada Dzat Wujud Allah.

Di alquran begitu banyak ayat-ayat yang menerangkan tentang CAHAYA, Maka kita harus memahami, apakah CAHAYA itu, dan mengapa kata CAHAYA begitu populer di Alquran.

No comments:

Post a Comment