Sunday, 12 April 2015

MELIHAT CAHAYA-NYA DENGAN CARA MEMATIKAN LAMPU DUNIA

Tuhan adalah cahaya. Sebuah sumber cahaya paling terang yang bersinar di kejauhan. Katakanlah, tidak seorang pun mengetahui letak pastinya. Tuhan adalah cahaya terang, yang dari jauh terlihat samar. Dan kenikmatan adalah bola lampu berwarna-warni. Jadi, kalau ada begitu banyak cahaya berwarna di sekitar kita, apakah masih mungkin untuk kita melihat sinar lain di kejauhan, yang terangnya tersamar cahaya berpendar di sekitar? Benar, saya menjawab tidak.

Lalu ketika semua cahaya warna-warni yang indah itu diambil dari kita, gelap seketika. Tidakkah lebih mudah untuk kita bisa melihat cahaya lain yang bersinar di kejauhan?

Pernah saya mengalami. Menyisihkan waktu, pergi ke pantai, bahkan di ketinggian, hanya untuk bisa menikmati cahaya bintang agar tidak terganggu kerlap-kerlip lampu kota yang menyilaukan. Saya tertawa, betapa bodohnya, saya menertawakan diri sendiri. Untuk mencari bintang saja saya suka mencuri waktu, tapi mencari cahaya Tuhan rasanya malas bukan main.

Pernah rasakan, mati listrik dan memaki pada Perusahaan Lalala Negara? Saya sering! Terutama malam, tapi saya rasa, tidak pernah Bulan terlihat lebih indah daripada waktu seperti itu. Maka samalah dengan Dia, yang baru saja saya ibaratkan cahaya Bulan. Dengan menjadi satu-satunya Cahaya tunggal, entah kenapa, rasa-rasanya Dia menjadi lebih agung dan indah daripada hari-hari biasanya. Menjadi lebih mudah bagi Pe-Salik untuk berjalan menuju si Sumber Cahaya.

Iya...
Matikanlah semua lampu Dunia, dengan Cara menutup Pintunya, Maka Terbukalah Pintu yang mengarah ke- Langit lalu Lihatlah Cahaya Bulan-Nya, indah dan Terang.

No comments:

Post a Comment