Sunday, 12 April 2015

DARI LAA ILAHA ILLA ANA MENUJU LAA ILAHA ILALLAH

Kalimat yang baik bukanlah Laa ilaha illa ana, Tiada Tuhan selain aku.
Bukanlah ana Robbil A'laa, aku Tuhan yang paling tinggi.
Orang yang demikian berada dalam kabut kegelapan. Mereka adalah kaum ateis yang tidak mempercayai Tuhan dan hari Akhir. Merekalah orang-orang yang lebih mencintai kehidupan dunia daripada akhirat, karena mereka memang tidak percaya sama sekali akan akhirat.
Mereka sibuk dengan nafsu diri dan mereka hidup sebagaimana kehidupan binatang. Hijab mereka disini adalah nafsu diri dan syahwat. Tidak ada kegelapan yang lebih pekat daripada ke-Gelap-an syahwat dan nafsu. Karena itulah Allah berfirman; Apakah kamu pernah melihat orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhannya.(Qs.45:23)

Mereka berfikir bahwa Puncak kebutuhan dunia adalah pemenuhan hasrat, perolehan syahwat kesenangan, dan pengumbaran kenikmatan kebinatangan dari pola kawin, makan, minum dan berpakaian. Mereka inilah budak-budak kenikmatan yang menyembah, memburu, dan meyakininya sebagai puncak kebahagiaan. Mereka relakan diri mereka menjadi setingkat dengan binatang (tanpa aturan). Orang-orang seperti ini tidak terhitung lagi dan mereka semua terhalang dari Allah oleh hijab kegelapan, yaitu nafsu kelam mereka. Mereka dalam lingkaran ini termasuk orang-orang yang mengucapkan Laa ilaha illaallah dengan lisannya, namun lebih di dorong oleh rasa takut, kepura-puraan dan karena fanatik untuk memenangkan Mazhab-Mazhab, golongan-golongan, atau kelompok-kelompok dan diri mereka sendiri. Orang-orang ini selama masih berkutat pada ucapan bibir tanpa tindakan berupa amalan saleh sebagai manifestasi ucapan mereka, maka mereka pun selamanya berada dalam kegelapan. Dan wali penguasa mereka adalah thogut yang mengeluarkan mereka dari CAHAYA menuju kegelapan.

Banyak salik yang terjebak dalam meremehkan syariat sampai-sampai ada yang meninggalkan solat dan mengatakan bahwa dirinya solat terus menerus, padahal ini adalah kesalahan bodoh yang dilakukan oleh orang-orang yang dikuasai oleh omongan-omongan tolol dan angan-angan kosong belaka.
Mereka berpendapat bahwa Allah tidak membutuhkan amalan kita, padahal pendapat ini hanya ingin menutupi kemalasan mereka. Mereka tidak mempunyai gairah untuk membuang jauh-jauh kemarahan dan syahwat, ini semua adalah omong kosong dan ketololan. Hal ini seperti ketergelinciran kuda akibat sandungan setan yang memasang tali-tali gurur (keblingeran).

Man Arofa Nafsahu, wa man Arofa Robbahu.
Barang Siapa yang Mengenal Nafsunya, maka Mengenal Tuhannya.
Maka kenalillah Nafsu mu, kenalillah Pintu-Pintu Masuknya hawa, sehingga tidak menjadi Hawa nafsu di dalam diri, yang menyebabkan Tidak Mengenal Tuhanmu.
Bila Hawa Nafsu telah Tiada dalam diri, maka Jadilah Laa ilaha illallah / Tiada hawa nafsu yang menjadi Tuhan kecuali Allah.

Barang siapa yang tidak berusaha Mengenal dan Melawan Hawa Nafsu dalam Mengenal Tuhannya, maka Hawa Nafsulah yang akan menjadi Tuhannya.

No comments:

Post a Comment