Friday, 5 June 2015

MUHAMMAD ADALAH BAPAK RUH UMAT ISLAM, PENUTUP PARA NABI

“Muhammad bukanlah Bapak salah seorang lelaki diantara kamu, melainkan dia itu Utusan Allah dan segel (penutup) para Nabi. Dan Allah senantiasa Yang Maha-tahu akan segala sesuatu” (Q.S.33:40).
Berakhirnya Silsilah Jasmani Nabi Muhammad, Karena Bukanlah Bapak Jasmani Seorang lelaki.
Ayat suci tersebut menerangkan dua hal yang saling berhubungan, yaitu berakhirnya silsilah Muhammad saw. secara jasmani, tetapi berlangsung terus silsilah Ruh beliau, sebab beliau adalah Utusan Allah. 
Setiap utusan adalah bapak (Ruh) bagi umatnya. Musa adalah bapak umat Yahudi, Isa Almasih bapak umat Kristen, Siddharta Gotama bapak umat Budhis, Konghucu bapak umat Konfusianis dan Muhammad saw. adalah Bapak umat Islam. 
Oleh karena itu isteri-isteri beliau disebut ibu orang-orang beriman (33:6) -yakni umat Islam- yang karena itu haram dinikahi oleh umat Islam sepeninggal Nabi Suci untuk selama-lamanya (33:53), sebagaimana diharamkannya seseorang mengawini ibunya sendiri (4:23), yakni janda bapaknya.

Asbabun-nuzul ayat memperjelas makna firman Allah tersebut. Siti Khadijah memiliki seorang budak lelaki bernama Zaid. Setelah beliau dinikahi oleh Nabi Suci, Zaid dibebaskan, lalu diangkat sebagai anak angkat Nabi Suci. Zaid termasuk lima sahabat pertama. Setelah Hijrah ke Madinah, Nabi Suci mengusulkan agar Siti Zainab binti Jahsy saudara sepupu beliau dinikahkan dengan Zaid. Usul Nabi ini diterima, meski bertentangan dengan kehendak Zainab dan keluarganya. Ternyata pernikahan yang tak kafa’ah (sederajad) ini gagal. Zainab rupawan, bangsawan dan masih muda, sedang Zaid berkulit hitam, bekas budak dan jauh lebih tua. Akibatnya “fatal” bagi Zainab. Dia lebih menderita lagi karena disebut “janda, bekas istri seorang budak” suatu status yang hina di masyarakat Arab yang belum bebas dari budaya jahiliah. Cara mengangkat martabatnya tiada lain adalah Nabi Suci mengawini beliau, tetapi Nabi Suci takut akan dampak negatifnya, yakni fitnah, pelecehan dan penodaan nama baik beliau, sebab menurut tradisi jahiliyah kedudukan anak angkat sama dengan anak kandung; mengawini janda anak angkat sama dengan mengawini janda anak kandung.

Atas restu Allah Nabi Suci menikahi Zainab (33:37). Dengan demikian Siti Zainab terangkat derajatnya, karena perkawinan itu beliau menduduki tempat mulia, baik dimata Allah maupun mata manusia, yakni sebagai ibu orang beriman. Tetapi orang-orang kafir dan munafik -yang secara rohani adalah tuli, bisu dan buta (2:18)- memaki dan menghina Nabi Suci saw. dengan tuduhan telah mengawini menantunya sendiri. Caci maki dan penghinaan yang berlangsung terus sampai sekarang ini ditangkis Ilahi dengan turunnya ayat suci 33:40 di atas. Penegasan “Muhammad bukanlah ayah salah seorang dari orang-orang (1elaki) kamu” berarti Zaid bukanlah anak (Nabi Suci) Muhammad saw. tetapi anak Haritsah. Sejak saat itu, Zaid dipanggil anak Haritsah, sesuai dengan syariat Islam yang menganjurkan agar memanggil seseorang itu dengan menyebut ayah kandungnya (33:5), bukan ayah angkatnya; sebab kedudukan anak angkat tidak sama dengan anak kandung (33:4).

Silsilah Rohani Abadi, Karena Nabi Adalah Bapak Ruh.

Terputusnya silsilah jasmani Nabi Suci seakan-akan merupakan suatu cacat, maka orang-orang kafir mengejek beliau dengan sebutan abtar (terputus), tetapi Qur’an Suci justru menyebut orang-orang kafirlah yang abtar (108:3). Turunnya ayat 33: 40 tersebut menjawab ejekan kaum kafir tersebut, karena menyatakan bahwa “Muhammad… … … dia itu Utusan Allah”. 
Seorang utusan Allah adalah bapak (Roh) bagi umatnya. Hubungan Rohani (Ruh) nilainya lebih baik dan mulia daripada hubungan jasmani, maka dari itu “Nabi itu lebih dekat pada kaum mukmin daripada diri mereka sendiri” (33:6). Sejarah menjadi saksi tatkala ayat ini diturunkan anak-anak rohani (Ruh) Rasulullah saw., telah berjumlah ratusan ribu jiwa sekarang tidak kurang dari milyar-an – sedang kaum kafir telah terputus dan benar-benar terputus, karena anak-anak mereka telah menjadi anak-anak rohani Nabi Suci yang prosesinya dinyatakan dalam 110:1-3.

Kebapakan rohani (Ruh) Nabi Suci tak berakhir, berlangsung terus sampai hari Kiamat, sebab beliau sdalah Khatamun-Nabiyyin artinya segel (penutup) para Nabi, sesudah beliau tak akan datang Nabi lagi, baik Nabi lama ataupun Nabi baru. Jadi silsilah jasmani beliau terputus-karena tak beranak lelaki tetapi silsilah rohani abadi dikaruniakan kepada diri beliau. Sebab beliau segel (penutup) para nabi. 
Disinilah salah satu keagungan beliau dibanding dengan para Nabi sebelumnya yang silsilah rohaninya hanya berlangsung untuk sementara waktu saja (13:38-39), 
misalnya Nuh hidup di tengah-tengah kaumnya selama alfa sanatin illa khamsina ‘ama (seribu tahun kurang lima puluh tahun) alias 950 tahun (29:l4). Ini umur kenabian atau syariatnya, bukan umur pribadi orangnya.

Arti Khatamun-Nabiyyin

Berakhirnya kenabian pada diri Nabi Suci Muhammad saw. dinyatakan dengan kata “khatam” yang bisa dibaca “khatim” seperti tertulis dalam Mushaf menurut riwayat Warsy dari Nafi’al- Madani. Antara keduanya ada perbedaan. Kata khatam berarti segel atau bagian terakhir atau penutup digabung dengan kesempurnaan wahyu kenabian dan pelestarian penganugerahan nikmat Ilahi (5:3); 
maka dari itu Nabi Muhammad saw. adalah yang paling mulia diantara semua nabi. Jadi kata khatam mengandung arti ganda yakni “yang paling mulia” dan “bagian terakhir” atau “penutup”. Sedang kata khatim artinya bagian terakhir atau penutup; maka dari itu Nabi Muhammad saw. adalah penutup para Nabi, yang dipertegas oleh Nabi Suci “la nabiyya ba’di” artinya “tak ada Nabi sesudahku” (Hr. Bukhari).

Jadi Benarlah, bila ada Hadis nabi yang Mengatakan;

 “ANA ABUL ARWAH, WA ADAMU ABUL BASYARU”

Artinya : “Aku Bapak segala Roh dan Nabi Adam Bapak sekalian Tubuh Manusia.

4 comments:

  1. kata Muhammad,
    ana ahmad bi la mim

    ReplyDelete
  2. kata Muhammad,
    ana ahmad bi la mim

    ReplyDelete
  3. {Setiap utusan adalah bapak (Ruh) bagi umatnya. Musa adalah bapak umat Yahudi, Isa Almasih bapak umat Kristen, Siddharta Gotama bapak umat Budhis, Konghucu bapak umat Konfusianis dan Muhammad saw. adalah Bapak umat Islam} <----- Apakah maksud anda Musa Beragama Yahudi Bukan Islam? Isa A.S Agamanya Kristen Bukan Islam? Dan Hanya Nabi Muhammad lah yang agamanya Islam? Bagaimana dengan Nabi Adam, Idris, Nuh, Ibrahim dan Lainnya? Apakah mereka bukan Islam????

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bgtulah jika beragama kebanyakan micin padahal di sisinya sdh jelas ada petunjuk dr Allah Ta'ala sesungguhnya agama yg benar di sisi Allah adalah islam dan nabi Muhammad saw adalah nabi ke 25 dan juga merupakan nnabi terakhir dalam agama islam

      Apakah nabi musa as dan nabi isa as bukan bergama islam sehingga di pahami beragama Yahudi dan Kristen.

      Delete