Monday 18 May 2015

DENGARKAN PANGGILAN RASULULLAH

SAAT MULUT TERKUNCI,
SAAT NAFAS BERHENTI,
SAAT MATA TERPEJAM,
DAN SAAT TELINGA TERTUTUP

MAKA
DENGARKANLAH SUARA DALAM DIRIMU,
SUARA PANGGILAN RASULULLAH,
DENGARKAN DENGUNGAN ITU,
"NGING", "NGING", "NGING"
KEMUDIAN LIHATLAH
NUR MUHAMMAD


Nabi Bersabda;

 إِذَا طَنَّتْ أُذُنُ أَحَدِكُمْ فَلْيَذْكُرْنِي وَلْيُصَلِّي عَلَيَّ وَلْيَقُلْ ذَكَرَ اللَّهُ مَنْ ذَكَرَنِي بِخَيْرٍ - رواه الحكيم وابن السني، الطبراني وابن عدي وابن عساكر
“Jika telinga salah seorang di antara kalian berdengung, maka hendaknya ia mengingatku (Rasulullah saw), Ber-shalawat kepadaku, dan katakan: Semoga Allah swt mengingat orang yang mengingatku dengan kebaikan”. (H.R. al-Hakim, Ibn as-Sinni, at-Thabarani)

Alam mengomentari sabda di atas, az-Zaila’i menyatakan bahwa dalam hadits tersebut mengandung bahwa tidak hanya sekedar mengingat Rasulullah saw tetapi juga bershalawat kepadanya dan katakan: Semoga Allah swt mengingat orang yang mengingatku dengan kebaikan”.
   
قَالَ الزَّيْلَعِيُّ فِيهِ عَدَمُ الْاِكْتِفَاءِ بِالذِّكْرِ حَتَّى يُصَلِّيَ عَلَيْهِ (وَلْيَقُلْ ذَكَرَ اللهُ مَنْ ذَكَرَنِي بِخَيْرٍ

“Az-Zaila’i berkata, dalam hadits ini tidak cukup (bagi orang yang telinganya berdengung, pent)  hanya dengan mengingat Rasulullah saw saja sehingga ia bershalawat kepadanya dan katakan: Semoga Allah swt mengingat orang yang mengingatku dengan kebaikan”. (Abdurrauf al-Munawi, Faidlul-Qadir, Bairut-Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, cet ke-1, 1415 H/1994 M, juz, 1, h. 511)

Masalah ini juga telah dibahas dalam Muktamar Nahdlatul Ulama ke-11 di Banjarmasin pada tanggal 19 Rabiul Awwal 1355 H/9 Juni 1936. Dalam Muktamar tersebut dijelaskan bahwa suaran “nging” dalam telinga menunjukkan bahwa Rasulullah saw sedang menyebut orang tersebut dalam perkumpulan yang tertinggi (al-mala` al-a’la) agar ia ingat kepada beliau dan bershalawat kepadanya.
Pandangan Muktamirin tersebut didasarkan kepada pendapat Abdurrauf al-Munawi yang dikemukakan oleh ‘Ali al-‘Azizi dalam kitab as-Siraj al-Munir: 

قَالَ الْمُنَاوِيُّ فَإِنَّ اْلأُذُنَ إِنَّمَا تَطُنُّ لَمَّا وَرَدَ عَلَى الرُّوْحِ مِنَ الْخَبَرِ الْخَيْرِ وَهُوَ أَنَّ الْمُصْطَفَى قَدْ ذَكَرَ ذَلِكَ اْلإِنْسَانَ بِخَيْرٍ فِي الْمَلاَءِ اْلأَعْلَى فِيْ عَالَمِ اْلأَرْوَاحِ

“Imam al-Munawi berkata,  sesungguhnya telinga itu berdengung hanya ketika datang berita baik ke ruh, bahwa Rasasulullah Saw. telah menyebutkan orang (pemilik telinga yang berdengung) tersebut dengan kebaikan di al-Mala’ al-A’la (majlis tertinggi) di alam ruh. (Lihat Akamul Fuqaha)
Demikian jawaban yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat. Dan jika telinga anda berdengung atau bersuara “nging” maka segeralah ingat Rasulullah saw, bershalawat, dan katakan: Semoga Allah swt mengingat orang yang mengingatku dengan kebaikan”.. (Mahbub Ma’afi Ramdlan)

1 comment:

  1. Lantas bagaimana jika yang berdenging telinganya itu dari kalangan non muslim?

    ReplyDelete