Tuesday 12 May 2015

ALAM SEMESTA BERASAL DARI CAHAYA

Alam semesta adalah Murni berasal dari Cahaya. 
Cahaya adalah gelombang. Inilah materi dasar semesta. Gelombang dalam panjang dan frekuensi berbeda menghasilkan persepsi yang berbeda. Seperti gelombang yang tertangkap mata mempunyai frekuensi berbeda dengan gelombang yang tertangkap oleh telinga. Lalu bagaimana dengan gelombang yang semakin intens atau frekeunsi yang lebih tinggi, dimana alat2 indra tidak mampu lagi mendeteksinya. Gelombang dalam satu area saja (area pengllihatan minsalnya) terdiri dari ribuan jenis menurut frekuensinya, dimana ia terlihat menjadi ribuan warna bagi manusia, walaupun sebetulnya tidak ada warna selain gelombang/cahaya dalam amplitudo yang berbeda. Begitu juga pendengaran, rasa, maupun sentuhan. Mereka bukanlah terdiri dari berbagai gelombang, tetapi ia adalah gelombang yang sama, namun hanya berbeda getaran. One source tetapi ditangkap dalam kondisi yang berbeda.

Pikiran dan kesadaran juga merupakan gelombang, dengan frekuensi yang lebih tinggi tentunya. Namun semuanya dapat dikatakan cahaya. Semakin cahaya ini intens (semakin tinggi frekuensinya) maka ia semakin dekat kepada sumber, dan semakin ia melemah seiring jauh dari sumber. Pada akhirnya gelombang ini melemah dan membeku menjadi materi, dimana alam manusia merasakan dunianya.

Cahaya juga dikenal dengan pengetahuan. Pengetahuan merupakan tampilan muka dari kesadaran. Cahaya adalah kesadaran. Alam semesta tidak ada selain cahaya murni, namun hanya berbeda tingkat intensitas, alam semesta adalah suatu kesadaran. Tingkatan kesadaran, dimana manusia mengambil satu tingkatan dari kesadaran tersebut. The source telah menyinari segala sesuatu dengan kesadaran, alam semesta adalah mental.

Tidakkah kita perhatikan bagaimana alam semesta bergerak ?, mereka mempunyai kesadaran, tahu apa dan seperti apa berbuat. Matahari, bulan sujud dalam kesadaran penuh, pasir2 dan bebatuan mengikuti hukum2 semesta dalam kesadaran penuh. Air mengambil peran dalam membentuk alur kesadaran, tumbuhan tahu apa yang harus merka tumbuhkan, angin mengikuti hukum yang dikatakan para sientist hukum semesta. Dan tidak ada yang bisa memungkiri penyusun alam semesta, atom telah menghadirkan bentuk2 alam semesta yang sadar, dimana para ilmuan bisa menebak perilaku mereka.



Tidak ada sesuatupun dialam semesta yang bergerak tanpa mengerti, setiap sesuatu mempunyai kesadaran. Perbedaannya hanya ksadaran yang lebih tinggi mengontrol kesadaran yang lebih rendah. Tubuh manusia mempunyai kesadaran sendiri dalam menjalankan metabolisme. Bukanlah kesadaran manusia yang meyuruh dan berkehendak atas detak jantungnya sendiri. Begitu juga dengan peredaran darah yang setiap saat memompa kehidupan dalam perspektif manusia. Mereka bergerak dalam kesadaran penuh dan mereka berada dalam kontrol kesadaran yang lebih tinggi, yaitu pikiran manusia itu sendiri. Sedangkan pikiran manusia tidak dapat merasakan langsung kesadaran tubuh meski ia berada dalam pengaruh pikiran manusia.

Begitu juga pikiran manusia, ia dikontrol oleh kesadaran yang lebih tinggi, yaitu alam bawah sadar mereka. Dan pikiran sepenuhnya berada dalam kontrol ini. Pikiran tak lebih merupakan cerminan bawah sadar. Emotional dan ego manusia menghasilkan pikiran. Apa yang keluar dari alam bawah sadar menjadi bahan mentah dari pikiran. Alam bawah sadar kadang disebut hati. Keadaan hatilah yang mengontrol pikiran. Jika keadaan hati seseorang mengalami ketakutan dan kecemasan, maka ia melahirkan pikiran terhadap efek yang ditimbulkan hati. Sebahagian manusia yang dapat menontrol pikirannya adalah mereka yang hidup dalam kesadaran yang lebih tinggi. Dalam perspertif agama ini disebut orang yang bertaqwa.

Pikiran adalah tindakan sadar manusia, mereka yang dalam kesadaran hati, dapat ,mengontrol tindakan mereka. Yaitu mereka yang dapat meundukkan pikiran mereka, sekaligus akan mengontrol tindakan mreka.

Para arifun mengatakan, tuhan berada didalam hatimu. Ini hanyalah mereka yang mengalamai realitas hati, jauh lebih dekat dan selaras dengan kesadaran ilahi, kehendak ilahi. Mereka yang tidak dapat meraih realitas ini, maka tidakdapat mengontrol pikiran mereka, dengan kata lain selalu diombang ambing oleh keadaan pikiran. Pikiran mereka dikontrol oleh dunia, lebih jauh dari suara ilahi semakin ia menuju kesadaran yang lebih rendah, jasmani, sebagaimana kesadaran binatang bahkan lebih rendah.

Dari kesadaran bawah sadar manusia, kesdaran itu akan terus naik hingga beberapa level hingga menuju kesadaran tunggal. Cahaya tunggal yang menyinari secara omni (menyebar)

Hal yang semakin rumit adalah, gelombang pada tingkat tinggi mempengaruhi gelombang pada tingkat yang rendah. Seperti gelombang kesadaran manusia mempengaruhi gelombang yang tertangkap oleh mata, telinga atau alat indra. Gelombang yang mempengaruhi gelombang, cahaya yang menganggu cahaya lain. Kemudian mengalami interferensi, perpaduan ini menghasilkan bentuk yang terindra bagi persepsi manusia.

No comments:

Post a Comment