Wednesday 20 July 2016

NAFSA, NAFSI, NAFSU, ANFUS, NUFUS

NAFSA


Dan aku tidak membebaskan Nafsi diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya NAFSA itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. 

Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh NAFSA yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar". 

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan NAFSA dari keinginan hawa nya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)


NAFSI


dan aku bersumpah dengan NAFSI yang amat menyesali (dirinya sendiri). 

demi NAFSI serta penyempurnaannya (ciptaannya), 


NAFSU


Hai NAFSU yang tenang. 


ANFUS


Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ANFUS mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", 

Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari ANFUS mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

(sesungguhnya telah datang seorang rasul dari Anfus kalian sendiri-QS.9: 128)



NUFUS


dan apabila NUFUS dipertemukan.


Wednesday 29 June 2016

Syareat Tarekat Hakikat Ma'rifat

Hasil gambar untuk Jalan Lampu Merah

Hukum Islam Dijalankan Agar Tidak Terjadi Kekacauan Sehingga Di Ridhoi Allah.
Syareat Tarekat Hakikat Ma’rifat

Jadi Bagaimana Mau Ma’rifat atau Di Ridhoi Allah, Kalau Terjadi Kekacauan atau Hakikat Tidak didapat, Lalu Bagaimana Mau Tidak Terjadi Kekacauan atau Hakikat Mau didapat Kalau Tidak Dijalankan.
Lalu Bagaimana Mau DiJalankan atau Tareqat Kalau Syareat atau Hukum Tidak Tahu atau Diremehkan atau dianggap Tidak ada Artinya.
Maka Bermimpilah Mau Mencapai Ma’rifat kalau Syareat Tidak Dijalankan apalagi diremehkan…..!!!

Seperti Rambu-Rambu Lalu Lintas yaitu Lampu Merah.
Lampu Merah, Kuning, Hijau Ibarat Hukum Syariat Haram, Makhruh, Sunnah dan Wajib.
Lampu Merah Ibarat Haram yang artinya Tidak Boleh Jalan, Lampu Kuning Ibarat Makhruh artinya Boleh Jalan tapi Hati-Hati, Lampu Hijau Ibarat Sunnah dan Wajib artinya Harus Jalan.
Hukum Peraturan Lampu Merah dijalankan Agar Tidak Terjadi Kemacetan dan Kekacauan Sehingga Tenang dan Damai.
Bagaimana Mau Damai dan Tenang Kalau Terjadi Kekacauan.
Bagaimana Tidak Terjadi Kekacauan Kalau Tidak Dijalankan atau Tidak DiPatuhi.
Bagaimana Tidak Dijalankan Peraturan atau Dipatuhi Peraturan Kalau Peraturannya Tidak diketahui, apalagi diremehkan.

Maka Renungkanlah Itu….!!!

Tuesday 21 June 2016

Tingkatan Belajar Ilmu Ma'rifatullah

“Belajar ilmu itu mempunyai 3 tingkatan:

1) Barangsiapa yang sampai ke tingkatan pertama, dia akan menjadi seorang yang sombong.
2) Barangsiapa yang sampai ke tingkatan kedua, dia akan menjadi seorang yang tawadhu`. Semakin Berisi Semakin Tunduk.
3) Barangsiapa yang sampai ke tingkatan ketiga, dia akan merasakan bahawa dia tidak tahu apa-apa.”(Tadzkirotus Sami’ Wal Mutakalim:65)

1) Barangsiapa yang sampai ke tingkatan pertama, dia akan menjadi seorang yang sombong.


Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa manusia penuntut ilmu memiliki beberapa kriteria.
Yang pertama adalah mereka yang katanya telah mengetahui segala sesuatu, dia merasa angkuh akan ilmu yang dimiliki.

Tak mau menerima nasihat orang lain kerana dia telah merasa lebih tinggi. Bahkan dia juga menganggap pendapat orang yang memberikan nasihat kepadanya, disalahkannya. Selalu mau menang sendiri, tidak mau mengalah meskipun pendapat orang lain itu benar dan pendapatnya yang salah.

Terkadang dia mengatakan sudah berpengalaman karena usianya yang lebih lama namun sikapnya masih seperti kekanak-kanakan. Terkadang ada dia yang berpendidikan tinggi, namun dia tak mengerti akan ilmu yang dia miliki. Dia malah semakin menyombongkan diri, bongkak di hadapan orang banyak. Merasa dia yang paling pintar dan ingin diakui kepintarannya oleh manusia. Hanya nafsu yang diutamakan sehingga emosi tak dapat dikendalikan maka ucapannyapun mengandung kekejian.

PENJELASAN: Yang dimaksudkan dengan sombong bagi peringkat pertama di atas ialah dia merasakan bahawa kononnya dia sudah tahu banyak perkara. Lalu dengan perasaan sombong dia mula berani mengatakan itu dan ini, melabel itu dan ini dan terburu-buru. Hal ini banyak kelihatan di sekeliling kita.

Ada yang sombong, angkuh dan besar diri dengan ilmu mereka. Ternyata mereka ini adalah golongan yang baru di peringkat awal menuntut ilmu. Ramai di peringkat ini. Bahkan kita semua juga masih di peringkat ini. Kita selalu berasa diri sudah hebat dan mengatakan orang lain salah disebabkan mereka tidak sama dengan pandangan atau pendapat atau ilmu atau pengalaman kita.

Mengetahui bahawa kita masih di peringkat pertama, justeru bersabarlah. Jangan terlalu lekas melabel. Teruskan belajar dan belajar supaya hikmah semakin menebal di dalam diri.

2) Barangsiapa yang sampai ke tingkatan kedua, dia akan menjadi seorang yang tawadhu`.

Namun adalah berikutnya sebuah tingkatan yang membuat semua orang mencintanya karena peribadinya yang mulia meski telah banyak ilmu yang tersimpan di dalam dadanya, ia tetap merendah hati tiada meninggi.

Semakin dia rendah hati, semakin tinggi derajat kemuliaan yang dia peroleh. Sesungguhnya karena ilmu yang banyak itulah yang mampu menjadikannya faham akan hakikat dirinya. Dia tak mudah merendahkan orang lain.

Senantiasa santun dan ramah, bijaksana dalam menentukan keputusan suatu perkara. Dia dengan semuanya itu membuatnya semakin dicinta manusia dan insya Allah, Allah SWT pun mencintainya.

PENJELASAN: Golongan yang lebih tinggi dari golongan pertama ialah segolongan yang tawadhu` dengan apa yang ada pada mereka. Mereka merendah diri dengan ilmu mereka walaupun di dalam dada mereka sudah banyak ilmu dan pengalaman. Sebenarnya ilmu dan pengalaman yang banyak itulah yang menyebabkan mereka faham tentang hakikat ilmu. Lalu mereka berasa tawadhu`.

3) Barangsiapa yang sampai ke tingkatan ketiga, dia akan merasakan bahawa dia tidak tahu apa-apa.”

Sedangkan yang terakhir adalah yang teristimewa. Dia yang selalu merasa dirinya tetap tidak mengetahui apa-apa meskipun ilmu yang dimilikinya telah memenuhi tiap ruang di dadanya. Kerana dia telah mengetahui hakikat ilmu dengan sempurna, semakin jelas di hadapan mata dan hatinya.

Semakin banyak pintu dan jendela ilmu yang dibuka, semakin banyak didapati pintu dan jendela ilmu yang belum dibuka. Justru, dia bukan hanya tawadhu`, bahkan lebih mulia dari itu. Dia selalu merasakan tidak tahu apa-apa, mereka bisa tak berdaya di dalamnya lantaran terlalu luasnya ilmu yang terlalu luasnya.
.
PENJELASAN: Dan yang paling tinggi dan hebat akan tingkatan ilmu mereka ialah apabila mereka merasakan mereka tidak tahu apa-apa. Ini kerana hakikat ilmu semakin jelas dan nyata di hadapan mata dan hati mereka. Semakin banyak pintu dan jendela ilmu yang dibuka, semakin banyak didapati pintu dan jendela ilmu yang belum dibuka. Justeru, mereka bukan sahaja tawadhu`, bahkan lebih mulia dari itu, mereka lalu berasakan mereka tidak tahu apa-apa lantaran terlalu luasnya ilmu sehingga mereka bisa lemas di dalamnya.